Google Store |
Tentu saja Google sampai saat ini belum memiliki satupun toko ritel milik mereka sendiri. Biasanya mereka punya spot tertentu di toko eletronik lain untuk memajang produk mereka seperti ChromeBook. Namun dengan hanya spot
yang sangat kecil mungkin kurang cocok dengan Google yang produknya
semakin hari semakin bertambah sehingga sangat logis bagi Google
mendirikan toko ritel sendiri.
Beberapa
artikel di situs teknologi hari ini mengindikasikan kemungkinan Google
mendirikan toko ritel milik mereka sendiri. Bagi saya tentu sangat logis
Google membuka toko ritel miliki sendiri agar konsumen lebih bisa
berinteraksi dengan produk-produk Google seperti Nexus 4 yang sangat
laku.
Pembukaan
toko ritel Google ini tentu saja akan men-drive pengunjung untuk
berkunjung dan mencoba produk Google. Dengan demikian, konsumen dapat
langsung mencoba dan memutuskan untuk membeli apa yang mereka inginkan,
apakah smartphone, tablet, Google TV, atau sekadar mencoba produk masa
depan seperti Google Glass dan Driverless Car.
Saya rasa
kebutuhan toko ritel bagi Google juga akan semakin meningkat terkait
dengan Google Glass. Dengan harga awal 1.000 USD, tentu saja konsumen
ingin betul-betul mengetahui kemampuan kacamata khusus ini sehingga
kemudian bisa memutuskan untuk membeli. Jika ternyata tidak dapat
mencoba langsung, tentu saja akan masih ada keraguan konsumen untuk
membeli. Dengan adanya toko ritel, Google bisa menempatkan (paling tidak
prototipe) dari Google Glass sehingga konsumen bisa mencobanya.
Bila kita
lihat di sisi lain, seperti smartphone dan tablet, Nexus 4 dan Nexus 10
cukup bagus responnya dari konsumen. Khusus untuk Nexus 4 seringkali di
Google Play mengalami out of stock karena ketersediaan yang
sangat sedikit. Ini mengindikasikan bahwa brand Nexus semakin banyak
peminatnya. Peminat ini tentu saja terlebih dahulu ingin mencoba dan
kemudian memutuskan untuk membeli. Dengan adanya toko ritel Google
keinginan konsumen tersebut bisa terwujud.
Ujungnya
tentu saja Google bisa meningkatkan penjualan produk fisik mereka. Perlu
kita ketahui, sebagian besar pendapatan Google berasal dari iklan
online. Dengan adanya toko ritel, variasi pendapatan Google akan
bertambah dan bisa menjadi jalan yang cukup bagus untuk terus mem-push karyawan Google agar bisa menghasilkan produk fisik yang lebih banyak.
Namun
tentunya, pendirian toko ritel tersebut bukan tanpa masalah. Pertama,
toko ritel merupakan investasi jangka panjang. Hal ini akan memberikan
risiko keuangan bagi Google. Terutama dari sisi pengeluaran, jelas
sekali Google akan mengucurkan banyak uang bagi pendirian toko ritel.
Hal ini setidaknya akan memengaruhi kondisi keuangan Google. Artinya
butuh analisis yang lebih mendalam apakah toko titel Google benar-benar
dibutuhkan karena selama ini Google masih bisa memiliki spot
tertentu di toko elektronik lain dengan biaya yang jauh lebih
rendah.Jika masih bisa menampilkan produk dengan biaya rendah, mengapa
harus mendirikan toko ritel sendiri.
Kedua, pada dasarnya Google bukanlah perusahaan yang bisa mengontrol produknya secara end to end
seperti Apple Inc. Google bukanlah perusahaan hardware dan software
sekaligus seperti Apple Inc. Ini artinya Google bergantung kepada
perusahaan lain untuk menghasilkan produk hardware mereka seperti
smartphone dan tablet serta laptop ChromeBook. Dengan demikian, Google
tidak bisa mengontrol ketersediaan produk yang bisa saja kurang atau
berlebih untuk suatu toko tertentu. Kasus sold out-nya Nexus 4
bisa dijadikan contoh betapa Google sangat lemah dalam memprediksi
kebutuhan konsumen sehingga memesan sangat sedikit Nexus 4 kepada LG.
Ketiga,
sebenarnya produk Google hanya dimiliki setengah saja oleh Google.
Mengapa demikian? Meskipun memiliki brand Nexus untuk smartphone dan
tablet, produk tersebut merupakan buatan LG, Samsung dan ASUS. Demikian
juga laptop ChromeBook yang dibuat oleh ACER dan Samsung. Ini artinya
masing-masing perusahaan tersebur juga telah menjual produk Google di
toko ritel mereka sehingga jika Google masih mendirikan toko ritel
sendiri mungkin akan mubazir.
Keempat,
Google perlu merekrut karyawan baru untuk toko ritel mereka. Tidak hanya
akan menambah karyawan (kini jumlahnya lebih dari 53 ribu di seluruh
dunia) Google pun perlu melatih mereka agar terampil menjajakan produk
Google. Hal ini tentu bukan perkara mudah, baik dari sisi perekrutan,
biaya maupun jumlah karyawan yang semakin membengkak.
Alasan
tersebut di atas merupakan sebagian dari alasan mengapa Google tidak
seharusnya mendirikan toko ritel sendiri. Google mungkin hanya perlu
menggenjot penampilan mereka di toko-toko elektronik seperti Best Buy
sehingga bisa menjual lebih banyak dengan biaya yang lebih murah.
Jikapun dibutuhkan toko ritel mungkin hanya untuk produk yang
benar-benar dihasilkan oleh Google, seperti Google Glass dan internet
super cepat. Hal ini akan mendorong Google membuat Speciality Store yang hanya menjual produk miliki Google sendiri secara eksklusif.
0 $type={blogger}:
Post a Comment